Rabu, 21 Desember 2011

S P I K

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Sejarah Pendidikan Islam Klasik”







Disusun oleh:
M. Yusuf Rudiantoro ( 210310209 )
Irsyadul Albaab ( 210310186 )
Rina Nuraini ( 210310183 )

Dosen Pengampu :
M. Widda Djuhan, S.Ag, M.Si


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar emua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Namun bukan berarti pembaharuan mengubah isi Al-Quran dan Hadits.
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur Melalui Pesia sampai India.
Daerah-daerah ini kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad.
Untuk lebih jelasnya, kami sebagai pemakalah ini akan menjelaskan dan membahas tentang pembaharuan pendidikan islam.


B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pembaharuan dalam Islam
2. Landasan Normatif Pembaharuan Pendidikan Islam
3. Pola - Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
4. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam








BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembaharuan dalam Islam

Kata yang lebih di kenal untuk pembaharuan adalah modernisasi. Kata modernisasi lahir dari dunia barat, adanya sejak terkait dengan masalah agama. Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi odern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan, situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya yang seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang lebih jelas, Thahir ibn ‘Asyur mengatakan,
Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama.
Pengertian Pembaharuan menurut Istilah:
1. Harun Nasution cendrung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena istilah terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah paham-paham, adt-istiadat, institusi lama, dan sebagainya unutk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
2. Revivalisasi. Menurut paham ini, “pembaharuan adalah “membangkitkan” kembali Islam yang “murni” sebagaimana pernah dipraktekkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan kaum Salaf.
3. Kebangkitan Kembali ( Resugence ) Dalam kamus Oxford, resurgence didefinisikan sebagai “kegiatan yang muncul kembali” (the act of rising again ).

2. Landasan Normatif Pembaharuan Pendidikan Islam
Terlepas dari perbedaan pendapat dikalangan dan batasan pembaharuan, sesungguhnya pembahasan islam mempunyai watak dan karakteristrik tersendiri. Gagasan dan ide pembahasan dalam islam muncul sebagai sumber-sumber ajaran islam dalam rangka menghadapi berbagai perubahan social-kultural yang terjadi dalam setiap waktu dan tempat. Dengan demikian pembaharuan dalam islam sesungguhnya memiliki landasan normative teologis dari sumber-sumber ajaran islam itu sendiri. Contohnya dalam QS-Arra’du ayat 11
         
Artinya “Allah senantiasa tidak akan merubah kondisi suatu karena sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya.”
Dari landasan hukum diatas dapat landasan hukum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembaharuan pendidikan islam memang kita harapkan terutama dalam bidang ketaulidan, karena untuk penanaman pada pribadi seseorang dalam mengenal Allah dan ciptaan-Nya.

2. Pola - Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang di alami oleh bangsa-bangsa Eropa maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan islam . Di antaranya :
1. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang di alami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang tidak lain adalah merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia islam. Atas dasar demikian maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat islam, sumber keekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dalam hal ini usaha pembaharuan pendidikan islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dengan pola sekolah Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Disamping itu pengiriman pelajar-pelajar ke dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di berbagai negri islam.
Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki Usmani pada akhir abat ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekuralisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II (yang memerintah Turki Usmani 1807-1839 M) adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki.
Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad kesembilan belas. Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madrasah. Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi langsung dari sumber pengembangan. Setelah mereka pulan ketanah air, mereka banyak berpengaruh terhadap usaha-usaha pembaharuan pendidikan. Dari mereka ini pula berkembangnya faham sekularisme di Turki yang kemudian diterapkan secara mantap sekarang ini.
Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa pad tahu 1805-1848. Muhammad Ali Pasya dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaharuan pendidikan di Mesir, mengadakan pembaharuan dengan jalan mendirikan berbagai macam sekolah yang meniru system pendidikan dan pengajaran Barat.

2. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada sumber islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakekatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini islam telah membuktikannya pada masa-masa kejayaannya.
Menurut analisa mereka diantara sebab-sebab kelemahan umat islam adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran agama islam secara semestinya. Ajaran-ajaran islam yang menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditnggalkan dan menerima ajaran-ajaran islam yang tidak murni lagi. Hal tersebut terjadi setelah mandeknya perkembangan filsafat islam, di tinggalkannya pola pemikiran rasional dan kehidupan umat islam telah di warnai oleh pola kehidupan yang bersifat pasif. Disamping itu, dengan mandeknya perkembangan fiqih yang di tandai penutupan pintu ijtihad, umat islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.
Pola pembaharuan ini di rintis oleh Mohammad bin Abd Al-Wahab, kemudian di canangkan kembali oleh Jamaludin al Afghani dan Muhammad Abduh. Menurut Jamaludin al Afghani, pemurnian ajaran agama islam dengan kembali ke Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam arti yang sebenarnya tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa islam adalah sesuai dengan semua bangsa, semua zaman, dan semua keadaan.
Menurut Muhammad Abduh, bahwa pengetahuan modern dan islam adalah sejalan dan sesuai, karena dasar ilmu pengetahuan modern adalah sunatullah sedangkan dasar islam adalah Wahyu Allah swt. Kedua-duanya berasal dari Allah swt. Oleh karena itu umat islam harus menguasai keduanya.

3. Usaha pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada nasionalisme
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masimng –masing. Umat islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang juga mendorong perkembangannya rasa nasionalisme di dunia islam.
Disamping itu,adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan di kalangan umat islam, bahwa pada hakekatnya ajaran islam bisa diterapkan dan sesuai dengan segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme inipun bersesuaian dengan ajaran islam.
Ide kebangsaan atau nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya mendorong timbulna usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk islam. Dalam bidang pendidikan umat islam yang telah membentuk pemerintahan nasional tersebut mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya sendiri-sendiri.

3. Tokoh-tokoh dalam pembaharuan pendidikan islam
1. Sultan Mahmud II
Pembaharuan pendidikan dengan pola modern mulanya timbul di Turki Usmani pada akhir abad 11 H/ 17M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai Negara Eropa timur pada masa itu. Merupakan benih bagi timbulnya usaha sekulavisasi Turki berkembang kemudian dan membentuk Turki Modern. Sultan Mahmud II, adalah pembaharuan pendidikan di Turki. Selain itu Sultan Mahmud II juga mengirimkan siswa-siswanya ke Eropa, untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan Teknologi langsung dari sumber pengembangan setelah mereka pulang ke tanah air mereka banyak berpengaruh kepada usaha-usaha pembaharuan pendidikan dari mereka ini pula berkembangan peham sekularisme di Turki yang kemudian diterapkan secara mantap sampai sekarang ini.
2. Mohammad Ali Pasha
Pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi kewilayah Eropa juga nampak juga nampak di Mesir yang tokohnya adalah Mohammad Ali Pasha. Pembaharuan yang dilakukannya diantarannya dengan mendirikan berbagai macam lembaga pendidikan yang meniru system pendidikan dan pengajaran barat.
Dilembaga tersebut diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan bahkan untuk memenuhi tenaga pengajaran ia mendatangkan guru dari negara lain. Usaha lain yang dilakukan adalah mendanai dan menggalakkan penerjamahan buku-buku barat kedalam bahasa arab bahkan mendirikan sekolah penerjemah.

3. Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam islam yang tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari negara satu islam kenegara islam lainnya. Jamaluddin lahir di Afghanistan di tahun 1839 dan meninggal dunia di Isbambul di tahun 1897. ketika berusia dua puluh dua ia telah ditujuh sebagai pembantu bagi pangeran Dosf Muhammad Khan di Afghanistan.
Ditahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ahlihan. Beberapa tahun kemudian ia diangkat oleh Muhammad A’zam kahan menjadi perdana menteri. dalam memcampuri urusan politik Jamaluddin terjadi pergolakan yang terjadi antara Afghanistan dengan Inggris tapi pihak Inggris kalah, tapi jamaluddin Al-Afghani’merasa aman kalau ia tidak meneruskan percampuran pergolakan tersebut.
Akhirnya ia pergi ke India, tapi di negara ini juga terjadi pergolakan dibawah tangan Inggris. Akhirnya ia memutuskan pergi ke Mesir dan menetap di Cairo. Disini ia mulai persoalan baru dan meninggal dunia Politik dan memusatkan bidang ilmiah dan sastra arab

4. Muhammad Abduh
Pembaharuan pendidikan Islam yang terjadi di Mesir juga di gerakkan oleh Muhammad abduh. Ia bermaksud juga memikirkan sekolah-sekolah pemerintah yang telah didirikan untuk dalam lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, pendidikan dan sebagainya. Ke dalam sekolah-sekolah ini, ia berpendapat perlu di masukkan didikan agama yang lebih kuat, termasuk dalamnya sejarah islam dan sejarah kebudayaan Islam atas usahanya didirikanlah Majelis pengajaran tinggi. Dalam bidang ketatanegaraan Muhammad Abduh juga berpendapat kekuasaan Negara harus dibatasi, artinya semua aturan-aturan yang ditentukan oleh negara tidak semua harus dipatuhi kalau kenyataanya menyeleweng.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang di alami oleh bangsa-bangsa Eropa maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan islam. Di antaranya :
1. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
2. Pola pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada sumber islam yang murni
3. Usaha pembaharuan pendidikan islam yang berorientasi pada nasionalisme

Tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan islam:
1. Sultan Mahmud II
2. Mohammad Ali Pasha
3. Jamaluddin Al-Afghani
4. Muhammad Abduh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar